Thursday, 16 April 2015

Duku Rasuan, Panen Tahun Ini Tak Semanis Rasa Dukunya


Tangan Pak Idroes (74 tahun) dengan sigap menerima "panangkilan" yang penuh berisi duku. Alat yang terbuat dari rotan berbentuk bulat memanjang dengan sisi bawah berbentuk kerucut dan sisi lainnya terbuka ini diturunkan dari atas pohon duku silih berganti. Kakinya  yang sudah sering sakit-sakitan karena usianya yang telah lanjut seperti tidak dia hiraukan. Dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan tergopoh menuju alat yang unik ini. Dia kemudian menumpahkan duku yang ada di dalamnya di atas rumput beralas tenda plastik itu.

Dalam dua minggu terakhir sejak akhir Maret 2015 ayah tujuh orang putra-putri ini melakukan panen duku dilahan perkebunan miliknya di areal seluas 2 hektar. Di kebun ini, selain duku, ada pula pohon durian, pisang dan karet yang dia tanam, untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari.


Tangan Pak Idroes, masih terus bekerja. Usai menerima duku dari atas, dia dengan cekatan membersihkan tangkai demi tangkai duku yang ada untuk kemudian dimasukkan ke dalam peti kayu yang telah di siapkan. Begitulah proses panen yang sederhana yang berlangsung di kebun miliknya, di desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten Ogan Komering Ulu, (OKU) Timur, Sumatera Selatan.

Luas kebun Pak Idroes yang 2 hektar itu tidak semuanya dipenuhi kebun duku. Sebagian ada pohon durian, pisang dan karet. Dia bersyukur 65 batang pohon duku yang berusia antara 10-30 itu, tahun ini berbuah semuanya. Satu batang duku yang usinya lebih tua bisa menghasilkan 30-50 peti duku. Kebun duku miliknya ini terakhir berbuah dua tahun lalu. "Saya bersyukur 2015 ini bisa panen, sebab sejak 2 tahun lalu duku kami tidak bisa dipanen karena keburu rontok akibat cuaca," katanya.

Dulu, kata Pak Idroes, buah duku ini menjadi andalan utama mata pencaharian bagi keluarganya. Tidak hanya bagi dia dan keluarga tapi juga masyarakat OKU Timur khususnya, terutama yang hidup di pesisir Sungai Komering yang saat ini sudah semakin kering. Namun belakangan buah duku yang manis ini tidak lagi menjanjikan kemanisan hasil panennya. Terlebih jika panennya serentak dengan daerah lain yang ada di Sumatera Selatan. Duku akan banjir dimana-mana sehingga menyebabkan harganya menjadi murah.

Untuk menghindari agar jangan sampai buah duku yang ada tidak terjual, Pak Idroes terpaksa menjual dukunya dengan harga yang ada. Seperti tahun ini misalnya, di saat panen awal Pak Idroes masih menjual duku kepada para pelanggannya dengan harga yang relatif tinggi, namun belakangan setelah panen serentak dia mengikuti harga pasar.  Dia bahkan menjual dukunya ke tengkulak yang bermunculan pada saat panen tiba. "Apa boleh buat, dari pada tak laku. Yang penting bisa jadi uang, kendati saya mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk memelihara duku ini hingga masak dan belum lagi ongkos pasca panen," kata mantan Kades ini.

Duku, memang buah yang sudah tak lagi menjajikan pemasukan yang besar pagi Pak Idroes. Kenyataan ini, terpaksa membuat dia banting stir dan sejak 2004 lalu mulai berkebun karet. Kendati demikian dia tetap memelihara pohon-pohon duku miliknya, terlebih tanaman ini sudah menjadi usaha turun-temurun.

Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten OKU Timur, Tubagus Sunarseno mengatakan di wilayahnya terdapat sekitar 2.304 hektar kebun buah, masing-masing duku, durian, rambutan, sawo, dan kedondong. Sementara jumlah pohon duku mencapai 30 ribu batang. Di tahun 2011 luas panen duku mencapai 457 hektar, dan 2012 panen 1.150 hektar. "Kalau tahun ini jumlah panen merata. Hanya saja ada sedikit serangan hama. Hama ini bisa dilihat jika dalam tangkai duku yang masak terdapat buah yang masih hijau," kata Tubagus.

Menurut Tubagus, duku Rasuan, merupakan duku varietas unggu, dari semua daerah yang ada di Sumsel. Kondisi alam,  dan cara pengolahan petani daerah ini yang menunggu duku hinnga ranum membuat duku Rasuan lebih manis dan bijinya lebih sedikit serta warna daging yang bening.

Untuk menjaga agar duku yang merupakan salah satu tanaman langka ini, menurut Tubagus pihaknya, melakukan pengajaran kepada petani bagaimana merawat duku yang baik dan benar. Dia juga mengakui belum ada teknologi yang bisa membuat buah duku ini lebih awet dan tahan lama. Di sisi lain, petani harus melakukan pemangkasan benalu yang ada di pohon duku agar tidak mati. Dia juga menghimbau sebaiknya petani melakukan peremajaan pohon duku baru dan menanam bibit tidak terlalu dalam.

Sementara, Bupati OKU Timur, Herman Deru mengatakan ada beberapa langkah yang dilakukan Pemkab OKU Timur. Langkah tersebut,  diantaranya, mengembangkan varietas duku Rasuan agar tidak punah dan tetap menjadi ciri khas buah dari OKU Timur. Dan menjadi salah satu  buah tropis yang ada di indoensia. Caranya dengan memberikan bantuan bibit duku yang telah di sambung atau okulasi agar tanaman duku tersebut cepat berbuah dgn usia  dibawah 10 tahun, baik untuk peremajaan maupun perluasan areal tanam.

Upaya lainnya, memberikan  pembinaan serta bantuan alat panen maupun keranjang buah untuk dipasarkan keluar wilayah Sumsel. Memberikan pembinaan bagaimana berkebun yang baik dan benar dengan menerapkan GAP (good agriculture practice) dan memberikan informasi maupun pembinaan dalam pemasaran.


Kemudian melakukan dengan instansi lain baik vertical maupun horizontol (perguruan tinggi maupun balai-balai riset lainnya dalam rangka mencari tehnologi baru agar duku dapat berbuah diluar musim. "Usaha lainnya mencari teknologi agar buah duku dapat diolah sehingga bisa dijadikan produk lain,  sebagai makanan kalengan atau sebagainya," kata Herman Deru.

Pak Idroes sudah mengemas perlengkapan memanjat duku miliknya. Para pemanjat sudah turun dari pohon. Peti-peti sudah terisi semua. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Kebunnya yang tak jauh dari bantaran Sungai Komering itu sebulan terakhir selalu digenangi air sisa-sisa hujan. Ditambah lagi air Komering yang sedang pasang besar sehingga menyulitkanya untuk melangkah diantara timbunan lumpur dan becek. Kakinya yang tua sengaja dia biarkan tanpa alas. Sementara nafasnya terdengar ngos-ngosan. 

Hidup memang menunda kekalahan, namun Pak Idroes tak pernah menyerah. Dia terus melangkah menuju perahu yang akan menyusuri Sungai Komering untuk membawanya pulang. Sudah tentu dengan kotak-kotak yang sudah berisi duku dari kebun miliknya. Entah apa yang ada dibenaknya saat itu, namun yang jelas, panen duku tahun ini kembali seperti tahun sebelumnya tidak akan  semanis duku miliknya. Buah duku memang sudah tidak menjadi andalan pendapatan baginya, tapi dia akan terus mempertahankan kelestarian tanaman ini, hingga akhir hayat dikandung badan dan oleh generasi setelah dia kelak. semoga... (Ida Idroes Syahrul) 


duku komering Rasuan

Displaying IMG_2562.JPG

Displaying IMG_2564.JPG


Displaying IMG_2568.JPG

duku komering siap dikemas dalam peti
Gambar : Dok Pribadi 'Ida'
"Thank you my sister, Ida Idores Syahrul for this article"

No comments:

Post a Comment