Thursday, 7 May 2015

Bahagia Duniawi dan Ukhrowi




Hidup bahagia adalah pilihan. Setiap situasi selalu menawarkan kadang lebih dari dua pilihan, memilih bahagia duniawi, bahagia ukhrawi, atau dua-duanya ( bahagia duniawi dan ukhrawi). Untuk mencapai bahagia duniawi dan ukhrawi sering berjalan tak berimbang, yang dominan terjadi bahagia duniawi selalu menjadi tujuan utama.

Sementara, pengertian bahagia bagi setiap orang tidak selalu sama, bahagia sering dipersepsikan sebagai tercapainya sesuatu yang di inginkan, sukses dan sempurna. Karenanya, orang sering mengatakan bahwa kebahagiaan itu dicari, diperjuangkan dan kemudian dinikmati hasilnya. Dalam menghadapi permasalahan hidup yang melulu duniawi ini, kemungkinan kita menggunakan keceradasan akal (IQ) dipoles sedikit kecerdasan emosional. Dengan hanya mengkalkulasikan untung rugi, baik buruk, kita bisa memilih satu pilihan. 

Bila saja kita melibatkan urusan ukhrowi dalam memperluas kebahagiaan, tentu saja dibutuhkan kecerdasan lain yaitu kecerdasan spiritual, yang melibatkan unsur relius -spiritualitas. Rujukan salah benarnya tidak lagi dapat diukur dengan kalkulasi matematis.Kita dihadapkan pada pilihan apakah akan mencari kehidupan duniawi yang sementara tetapi dapat dinikmati sekarang atau kehidupan akhirat yang kekal tetapi baru dapat dinikmati kelak

Lalu bagaimana bila dalam berdoa mendahulukan urusan duniawi daripada ukhrowi?
Seorang ulama kontemporer yang ahli dibidang sains Hadits, Aqidah, dan Fiqih. lahir di Riyadh, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz menjawab:

لا أعلم فيه بأساً، لكن السنة البدء بالدين؛ لأنه أهم، تقول” أللهم أصلح لي أمر ديني قبل دنياي”، مثل ما في الحديث الصحيح:

Aku tidak mengetahui adanya masalah untuk hal itu. Namun yang sunnah yaitu mendahulukan doa untuk urusan agama, karena itu lebih penting. Semisal anda berdoa, ‘Ya Allah perbaikilah urusan agamaku sebelum urusan duniaku‘. Sebagaimana dalam hadits shahih:

اللهم أصلح لي أمر ديني الذي هو عصمة أمري، وأصلح لي دنياي التي فيها معاشي، وأصلح لي آخرتي التي فيها معادي

“Ya Allah mohon kebaikan pada urusan agamaku karena itu adalah penjaga semua urusanku. Aku mohon kebaikan pada urusan duniaku karena itu tempat hidupku. Aku mohon kebaikan pada urusan akhiratku karena itu tempat kembaliku”

Bahagia menjadi pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi. Kita sering berdoa memohon masuk syurga, tapi kita justru sering merasa cukup dengan ilmu yang ada, enggan belajar, bagaimana mungkin pencapaian itu bisa kita raih. "Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. (HR. Muslim)"  Semoga dengan usaha keras, memilki kemampuan untuk terus belajar bermanfaat buat yang lain dengan niat karena Allah, Insya Allah bahagia duniawi dan ukhrowi bisa seimbang. Semoga dengan niat yang ikhlas akan selalu menjadi patokan pertama dan utama dalam setiap amalan.

Selamat Meraih Kebaikan

No comments:

Post a Comment