Kita masih sering mendengar nasehat dari para orang tua yang hidup dijamannya, berupa peribahasa atau pepatah namun tak jua lekang dimakan masa. Ada nasehat lama yang mengatakan " Orang tua satu mampu menghidupi anaknya tujuh, tapi anak tujuh belum tentu menghidupi orang tuanya yang cuma satu "Orang tua jaman dulu, sering menggunakan kata-kata kiasan sebagai nasehat dan sindiran, tak terkecuali berbalas pantun menjadi ciri khas mereka.
Pantun yang biasanya terdiri 4 baris, dimana baris pertama berupa sampiran sedangkan dua baris terakhir adalah isi, masih diminati masyarakat hingga kini. Namun peribahasa atau pepatah jaman dulu sering sulit diartikan, karena itu dalam buku pedoman Bahasa Indonesia, peribahasa lama selalu dipelajari, bukan hanya sebagai pendidikan tapi juga sebagai budaya yang akan dikenang sepanjang masa.Hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah
Artinya: Hasil yang diperoleh dibagi sama, bila diperoleh banyak maka sama-sama mendapat banyak, bila sedikit maka sama-sama sedikit pula.
Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua
Artinya: Meski jasad manusia sudah tidak berbentuk lagi, jika manusia ini pernah melakukan budi baik maka orang lain pasti masih mengingat budi baiknya itu.
Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan
Artinya: Terlalu mengharapkan keuntungan yang belum pasti, yang sudah ada ditangan disia-siakan, akhirnya yang manapun tidak dapat.
Hilang geli oleh gelitik, hilang bisa oleh biasa
Artinya: Mula-mula tidak menyenangkan dan membuat malu, tetapi lama-kelamaan semua perasaan itu lenyap.
“Kokok ayam jantan berbunyi (berkokok) amat merdu, tetapi warna bulunya jelek”.
manusia yang vokal menyuarakan segala macam kebaikan, tetapi perbuatan itu tidak sesuai dengan ucapan-ucapannya. Ada orang yang gemar mengobral janji, tetapi ia tidak sanggup menepatinya.
Sepandai-pandai mencecang, landasan juga yang akan habis.
Sebaik-baik orang menumpang, akan merugikan juga kepada orang yang ditumpangi.
Karena satu paku, Tapal kuda terlepas, karena tapal terlepas, kuda tak bisa berlari, karena kuda tak bisa berlari, surat tak terkirim, karena surat tak terkirim kita kalah perang
Seiring bertukar jalan, beria bertukar sebut.
Kedua belah pihak memiliki maksud yang sepaham, tetapi berbeda cara melakukannya.
Seiring bertukar jalan, sekadang tidak sebau.
Pendapat berbeda, tetapi tujuan dan maksud sama.
Sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri.
Tidak ada orangtua yang tega mencelakakan anaknya sendiri.
Sejengkal tak akan jadi sehasta, secupak tak akan jadi sesukat.
Umur, rezeki dan jodoh sudah ditentukan takdir Tuhan.
Sekain sebaju, selauk senasi.
Gambaran persahabatan atau ikatan percintaan yang seia sekata sehidup sepenanggungan.
Seperti alu penumbuk emping.
Gambaran orang yang sombong, ke mana-mana berlagak congkak, tak menyadari kekurangan yang dimilikinya.
Sekali lancing ke ujian, seumur hidup orang tak percaya.
Sekali berbuat jahat, seummur hidup orang tak akan percaya.
(berbagai sumber )
No comments:
Post a Comment