Tidak ada yang paling ditakuti manusia kecuali datangnya proses kematian, yaitu sakaratul maut. Pabila ajal menjemput, tak akan ada kekuatan untuk menangguhkannya, kematian ada di tangan Allah, dan semua yang bernyawa dipastikan akan berhadapan dengan malaikat Izrail, berujung dengan kematian. Ketika kematian sudah menjadi kepastian, masih banyak manusia lupa dengan taqdirnya. Tidak takut dengan dosa, tidak peduli kapan berakhir nafasnya. Bagi seorang mukmin, selalu waspada dan berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, sebab apa saja yang dilakukan semasa hidup didunia, akan menjadi bekal hidup sesudah mati.
Tidak ada yang tahu persis tentang tanda-tanda orang berakhir khusnul khotimah atau su'ul khotimah di saat sakaratul maut menjelang, hadiah syurga atau neraka, semua menjadi rahasia Allah SWT. Setiap manusia mengalami proses kematian atau sakaratul maut yang berbeda, sekalipun orang tersebut rajin beramal ibadah. Ada orang yang berakhir dengan baik, mengucap asma Allah dan syahadat meski sebelumnya bergumul dengan dosa, ada pula yang rajin ibadah tapi berakhir dengan cara yang kurang baik. Hanya orang-orang tertentu yang diberi kabar oleh Allah kapan ia akan berakhir, selain itu proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang.
Sakaratul maut itu sangat pedih dan sakit, tingkat rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kedzaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan di akhirat kelak. Meski ruh sudah keluar dari jasad, tetapi rasa sakit setelah nyawa dicabut masih dirasakan oleh jasad yang sudah meninggal. Sungguh merugi bagi orang-orang yang hanya sibuk mengejar dunia saja, terlambat bertaubat akan berakhir dengan sia-sia. Banyak cerita yang terjadi bahwa keadaan manusia yang tengah menjalani sakaratul maut mengalami kehausan yang sangat dahsyat. Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman atau membasahi bibirnya dengan kapas yang telah dibasahi air.
Berbekal pengalaman pernah menyaksikan orang saat menjalani sakaratul maut, membuat saya merinding, takut dan waspada dalam menjalani hidup. Pengalaman tersebut saya bagikan di artikel ini, semoga bisa diambil hikmahnya. Nenek saya rajin dzikir, baca Alquran, puasa senin kamis, cerdas, meski tidak bisa baca tulis dan hanya mengenal huruf gundul, tetapi pendengaran dan penglihatanya sangat tajam meski usianya waktu itu sudah lebih 90th, meski beberapa kali menjalani operasi katarak. Seminggu sebelum nenek saya meninggal, dalam kondisi sakit tapi kuat, beliau meminta saya untuk dibacakan doa selamat tentang maut. Lalu saya tuntun beliau menghapal " Allahumma Inna nas’aluka salamatan fiddin, wa’ afiyatan fil jasadi wa ziyadatan fil ‘ilmi, wabarakatan firrizqi, wa taubatan qablal maut, wa rahatan ‘indal maut, wa maghfiratan ba’dal maut, Allahumma hawwin ‘alaina fi sakaratil maut wannajata minannari wal ‘afwa ‘indalhisab "
Karena dekat dengan beliau, saya ingin selalu berada disaat-saat terakhirnya. Saya menyaksikan bagaimana proses ruh keluar dari jasad, bagaimana nadi perlahan-lahan mulai mati gerak denyutnya dari kaki, betis,paha sampai tenggorokan, hingga ketika sorot mata beliau seperti menyaksikan layar lebar didepan matanya, menangis, lalu pelan-pelan bulatan hitam didalam mata perlahan hilang, tinggal mata putihnya saja, dan melihat ucapan terakhir yang disebutnya. Lalu, peristiwa sakaratul maut kedua saya saksikan pada anak kecil dibawah usia 5th (keponakan), prosesnya pun hampir sama, proses sakaratul mautnya juga lama, ia pun juga menangis, bagaimana perlahan-lahan bulatan mata hitam naik pelan-pelan, hilang dan tersisa mata putihnya juga. Proses sakaratul maut ketiga pada kakek saya juga, sebelumnya beliau tidak sakit, setelah maghrib dari yasinan di tempat keluarga, biasanya beliau bangun sholat tahajud, namun malam itu beliau menabrak kursi karena tidak ada lampu, lalu masuk kekamar lagi. Buru-buru saya dan ibu kekamarnya, setelah ditanya, kakek saya cuma mengatakankan sakit pada bagian dada, lalu meninggal, terlihat bayangan putih keluar dari jasadnya.
Tidak satupun yang tahu bagaimana sakitnya sakaratul maut, anak kecil yang masih jauh dari dosa saja menangis menghadapi saat nyawa dicabut. Lama atau tidaknya proses al maut berlangsung, tidak tergantung dengan tingkat keimanan dan dosanya, semua menjadi rahasia Allah. Bersegeralah kita perbaiki diri, mari kita kejar pintu taubat selagi masih terbuka luas. Mari kita berlomba dalam berbuat baik, meluruskan hati dengan menyempurnakan amal ibadah. Apa yang kita tanam itulah yang kita petik. Berani hidup berarti harus berani pula mempertanggung jawabkan seluruh perbuatan didunia.
No comments:
Post a Comment