Hadirnya sahabat yang mencintai dan kita cintai karena Allah akan membuat semuanya menjadi terarah. Sebab dia tak hanya memberitahu kita jalan yang harus ditempuh, tapi juga bagaimana harus melangkah di jalan itu. Bukankah Jasad anda takkan berjalan sendiri menuju liang lahad
Hadiah terindah untuk seorang sahabat tak selalu dalam bentuk materi.
Kadang ketika engkau menganggapnya ada, mungkin itu lebih dari cukup
penafsiran orang lain tentang dirimu takkan memberi pengaruh apapun tentang siapa dirimu disisi Allah
Pujian manusia itu semu. Bila mereka cinta, mereka akan menghiasimu dengan sejuta sanjungan. Namun bila mereka benci, mereka akan membuatmu lebih buruk dari apa yang ada dalam benakmu
Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity mengatakan:
"Siapa yang membiasakan anggota tubuhnya melakukan amal sholeh diwaktu mudanya, maka Allah akan menjaganya agar tetap kuat hingga masa tuanya."
kita hanya akan berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain.
Takdir sebuah pertemuan adalah perpisahan. ..
Yang akan kekal hanyalah yang terjalin karena Allah
Ada Ganti Yang Indah Untuk Setiap Yang Kau Tinggalkan Karena Allah.~
Kekuatan seorang muslim terletak pada rasa tawakkal dan keyakinannya yang kuat terhadap pertolongan Allah. Sehingga dia tidak perlu khawatir bila suatu saat ada yang menipunya atau menzoliminya, karena Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Syaikh Ali pernah mengatakan, "Senyuman tulus kadang lebih bermakna bagi orang lain ketimbang beribu-ribu dinar yang kau berikan dengan angkuh dan jemawa"
Problema dalam hidup ini bagai warna dalam lukisan, kadang kita tak menyukai warna tertentu, namun kita harus membubuhkannya di atas kanvas, agar lukisan kita menjadi indah. Seperti itulah problem dalam hidup. Semua telah ditakdirkan menurut ukurannya masing-masing.
Masaalahpun punya takdirnya sendiri untuk usai.
Tersenyumlah kawan, karena engkau tak sendiri..
Disana ada ribuan orang sepertimu, namun mereka memilih diam, membalut luka dengan senyuman.
Yang tampak tegar dihadapanmu, namun tersungkur khusyuk dalam munajat.
Sesungguhnnya keletihan karena melakukan ketaatan akan hilang, dan tinggallah pahalanya. Dan kenikmatan melakukan maksiat akan hilang dan tinggallah hukumannya.
Separoh hidup ini adalah nikmat, separohnya lagi adalah ujian, diantara keduanya itu manusia memetik pahala atau menuai dosa.
Nikmat membutuhkan syukur, ujian membutuhkan kesabaran, sementara dosa membutuhkan taubat.
Pengenalan yang baik terhadap diri akan membuat kita mengerti titik start yang pas bagi langkah awal untuk menjadi sesuatu, lalu kemana langkah itu kelak diakhiri.
Pengenalan terhadap diri juga kan membuat kita mudah menekan ego ke-akuan yang selalu saja membuat jiwa merontak karena merasa lebih dari orang lain.
Hatimu akan selalu tenang saat engkau tau bahwa pemberian Allah adalah sebenar-benar pemberian, dan penahanannya (atas sebuah pemberian) juga termasuk pemberian
Tak ada lagi cahaya terang di sekitarmu. Cobalah angkat kepalamu sejenak, masih ada bintang yang bersinar, masih ada secercah harapan, walau kau harus menahan dinginnya malam.
(Muhammad Yusuf Har)
Huruf yang kamu tulis akan tetap ada sebagai saksi walaupun kamu sudah meninggal.
Jadi tulislah dengan tanganmu hal-hal yg kamu angggap baik”
Karena tulisan mengambil hukum ucapan, maka tulisalah yang baik-baik saja.
Adapun buih maka akan pergi sirna begitu saja, dan adapun yang bermanfaat untuk manusia maka akan menetap dibumi “.( QS Ar Ro’d : 17)
Ada sebuah ungkapan menarik dari Aun bin Abdillah bin Utbah –rahimahullah-. Beliau mengatakan, "Aku banyak bergaul dengan orang-orang kaya, maka aku tidak menemukan orang yang paling banyak obsesinya melebihi diriku. Aku selalu melihat tunggangan mereka yang jauh lebih baik dari tungganganku, pakaian mereka yang jauh lebih baik dari pakaianku. Namun setelah mendengar hadits ini aku memilih bergaul dengan orang-orang faqir. Maka akupun merasakan ketenangan dan rehat karena letih mengejar obsesi".
Sebagian orang hadir dalam hidupmu sebagai nikmat. Ada pula yang hadir sebagai ujian.
Maka jagalah setiap nikmat yang kau terima, dan belajarlah dari ujian yang ada.
Pemilik jiwa besar akan memilih memberi maaf saat ia mampu melampiaskan amarah.
Tak heran bila surga seluas langit dan bumi dijanjikan Allah untuk mereka.
Tak perlu gundah saat ada orang yang menyakitimu, menjulukimu dengan berbagai macam julukan atau menuduhmu dengan berbagai macam tuduhan yang tak ada pada dirimu.
Yang terpenting bukan siapa dirimu dihadapan manusia, tapi siapa dirimu dihadapan Allah.
Andai seluruh penduduk dunia memujimu dengan berbagai macam pujian, maka pujian mereka sedikutpun takkan mengangkat derajatmu disi Allah.
Begitu juga sebaliknya, andai seluruh penduduk dunia menghinakanmu, maka itu takkan merubah kedudukanmu di sisi Allah.
Jangan biarkan dirimu lelah mengejar kasih manusia..
Namun biarkan ia melelah dalam meraih kasih Allah.
Karena bila Dia mengasihimu, maka semesta juga akan mengasihimu.
Selama engkau bersama Allah, jujur kepada-Nya, Ikhlas dan khusyu' dalam mentaati-Nya, maka tak perlu risau pada setiap yang hilang dan pergi dari hidupmu.
Karena tak ada satupun yang hilang atau pergi dari hidupmu, melainkan Allah telah menyiapkan ganti yang terbaik meski engkau tak pernah memintanya.
Sahabat...
Kita butuh orang yang selalu mengingatkan diri kita tentang Allah.
Yang selalu mengajak kita untuk mentaati-Nya.
Yang tak segan berkata, "Mari bersama untuk beriman sesaat, karena hati lebih cepat terbolak-balik daripada gelembung air panas dalam periuk". Sebuah kalimat indah yang pernah diucapkan oleh Abdullah bin Rawahah kepada Abu Darda -radhiallahu anhuma-.
Kalimat tersebut selaras dengan ucapan Muadz kepada kawan yang lewat di hadapannya,
"Mari duduk sejenak untuk beriman sesaat*".
Sahabat..
Berilah ruang untuk nasehat dalam hatimu.
Dahulu, salafussholeh sangat senang terhadap orang yang selalu mengingatkan tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada diri mereka.
Adapun saat ini, (biasanya) orang yang paling kita benci adalah orang yang selalu mengingatkan perihal kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita."
(Ibnu Qudamah Al-Maqdisi -rahimahullah-)
Jangan mengabaikan hati.
Karena hati adalah rumah bagi dua hal paling suci di dunia ini. Yaitu iman dan cinta."
(Syaikh Ali Musthafa Thantawi -rahimahullah-)
sumbertulisan : Ustd,Aan.CT