Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara', kufur adalah tidak beriman kepada Allah Subhanahu waTa’ala dan RasulNya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.
Di dalam kitab Fawaaidul fawaaid, Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa setidaknya ada empat pilar kekufuran yang kadang bercokol di dalam diri manusia. Keempat pilar tersebut adalah sifat sombong, dengki, marah dan syahwat.
- Kesombongan akan menghalangi seorang hamba untuk bersikap tunduk dan patuh.
- Kedengkian akan menghalangi seorang hamba untuk menerima nasihat, apalagi melaksanakannya.
- Kemarahan akan menghalangi seorang hamba untuk berlaku adil.
- Dan syahwat akan menghalangi seorang hamba untuk tekun dalam beribadah.
Selanjutnya beliau berkata:
"Sungguh, melenyapkan gunung dari tempatnya lebih mudah ketimbang melenyapkan keempat pilar kekufuran tersebut dari dalam diri seseorang yang telah dicekcoki olehnya. Apalagi bila keempatnya telah menjadi sikap, tabiat dan sifat yang melekat pada dirinya. Sebab, apabila keempat sifat tersebut masih bercokol di dalam hatinya, maka amalannya tidak ada lagi yang benar dan jiwanya pun tidak akan pernah bersih.
Kenapa empat sifat tersebut muncul?
Karena ketidaktahuan seorang hamba akan hakikat dirinya sendiri. Seandainya ia mengenal Rabb-nya dengan segala kesempurnaan sifat dan keagungan-Nya, niscaya ia tidak akan bersikap sombong dan tidak akan pernah marah. Ia juga tidak akan pernah merasa dengki kepada seseorang atas karunia yang Allah subhanahu wa ta'ala berikan kepada orang lain. Sebab dengki pada hakikatnya adalah perbuatan menentang Allah subhanahu wa ta'ala.
- Sifat sombong dan dengki hanya dapat dilenyapkan dari hati seorang hamba dengan mengenal Allah, mentauhidkan-Nya, ridha kepada-Nya dan terhadap pemberian-Nya, serta berupaya kembali kepada-Nya. Kesombongan layaknya seorang yang berhasil merebut kerajaan kita, yang jika tidak membinasakan kita, ia pasti akan mengusir kita dari kerajaan kita sendiri. Adapun kedengkian, sifat ini diibaratkan dengan memusuhi orang yang lebih mumpuni atau ahli dari pada kita.
- Adapun kemarahan, yang erat kaitannya dengan kebencian, sifat ini bisa dihilangkan dengan mengenal diri sendiri. Dan menyadari bahwa kita tidak berhak marah dan dendam terhadap orang lain hanya demi memenuhi tuntutan nafsu semata. Kemarahan itu tak ubahnya seperti binatang buas, yang apabila dilepaskan oleh pemiliknya, niscaya ia akan menerkam dirinya.
Kiat paling ampuh untuk menghilangkan sifat marah
Dengan membiasakan marah karena Allah dan ridha karena-Nya. Sebab, apabila marah dan ridha karena Allah sudah masuk ke dalam jiwa, maka hal yang berlawanan dengannya, yaitu marah dan ridha karena nafsu, akan keluar dari dalam jiwanya. Pun sebaliknya demikian.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Qs. Al-A'raf: 199)
- Mengenai syahwat, cara memerangi sifat buruk ini adalah dengan mendalami ilmu dan ma'rifat yang benar tentang Allah subhanahu wa ta'ala. Sebab, menuruti syahwat dan nafsu merupakan panghalang utama untuk meraih ilmu dan ma'rifat. Sedangkan mengekang syahwat dan nafsu merupakan faktor utama untuk meraih ilmu dan ma'rifat tersebut. Jika kita membuka pintu syahwat, berarti kita menghalangi diri kita untuk memperoleh ilmu dan ma'rifat. Sebaliknya, bila kita menutup rapat pintu syahwat, berarti kita membiarkan diri kita secara penuh untuk mendapatkan ilmu dan ma'rifat. Syahwat tak ubahnya api, bila api itu dinyalakan niscaya akan membakar dirinya.
Orang yang mengalahkan syahwat dan kemarahan akan membuat syetan takut dengan bayangannya. Sebaliknya, orang yang dikalahkan oleh syahwat dan kemarahan akan takut dengan lamunannya sendiri.
.
Wallahu a'lam....
{"Disarikan dengan sedikit perubahan redaksi dari buku: Fawaid Al-Fawaid karya Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullah-, terbitan Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta"} by ACT El-Gharantaly
No comments:
Post a Comment