Wednesday, 17 February 2016

Antara Perasaan Dan Pikiran, Mana Yang Lebih Dominan?

Ketika emosi mulai mengalami ketidakseimbangan, bingung, cemas, logika sering terpinggirkan dalam menanggapi suatu keadaan. Perasaan adalah pendamping jiwa yang dirancang untuk memperkuat kehidupan batin kita. Ia sangat suka beralibi, sibuk menjelajahi batin,dan cenderung melihat dunia dalam ketidakjelasan, hitam dan putih, semu dan nyata, tujuannya untuk memperkuat keyakinan bahwa itulah yang sebenarnya terjadi.


Sebagian orang menyukai hidup dengan perasaan karena bagi mereka itulah wujud diri yang sebenarnya. Selain itu,  melalui perasaan mereka merespon keadaan dengan cara yang sesuai, dengan cara tertentu untuk mengungkap wawasan nyata kedalam kehidupan batin dan ini tidak bisa di lakukan oleh pikiran yang hanya mengandalkan logika. Melalui perasaan, empati dan kepedulian lebih berharmoni, sebab hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan.Dan jika hati itu dipaksakan ,maka ia akan buta

Lalu bagaimana perasaan dan pikiran berbeda?
Pikiran di rancang untuk memimpin, sementara perasaan bertugas mengikuti. Pikiran obyektif dapat memeriksa hal-hal sekitar melalui data diluar, dan perasaan mengungkapkan refleksi batin. Mungkin karena orang begitu bervariasi, ada yang fokus pada hal-hal yang nyata, mencari kebenaran dan penggunaan aturan yang jelas. Hingga ,ketika menanggapi suatu kondisi, kedua alat ini sibuk berargumentasi, apakah memutuskan melalui logika atau melalui mempertimbangkan orang.

Banyak orang berkeyakinan bahwa Pikiran menjadi sarana untuk mencetak uang untuk melayani diri dan orang lain dengan kesenangan sendiri. Kebenaran dan logika di lucuti dari alasan, hingga objektifitas pikiran makin berkurang. Bila hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin manusia lebih buas dari binatang, sebab pikiran / akal itu  adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman. 

Pabila perasaan mulai subjektif, sedangkan pikiran bila digunakan dengan benar, ia bisa sangat objektif. Pikiran bisa menerima pengalaman bersifat asing dan kemudian mempengaruhinya. Jika akal/pikiran menjadi kendali, tidak dikalahkan oleh hawa nafsu, akan mengantarkan pelakunya pada keselamatan. Bukan tidak mungkin kita pun pernah mengalaminya, semisal, bermusuhan dengan orang lain dan pada akhirnya damai menjadi pilihan terbaik. Perlu di garis bawahi,  Orang yang bisa mengendalikan pikiran, maka ia juga bisa mengendalikan hidupnya.

Lalu bagaimana dengan saya, anda dan mereka? manakah yang lebih dominan mempengaruhi, Perasaan atau Pikiran? Wallahualam. Perasaan bukan hanya persoalan hati, dan pikiran yang muncul karena hati yang menggerakan. Semua bermuara dari hati. Dan hati adalah pemimpin, ia akan bertanggungjawab terhadap pikiran, perasaan, semua anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Semoga Allah menjaga kita semua, dari pikiran yang sempit dan dari perasaan yang berjuta angan belaka. - Medio Pertengahan February '16

No comments:

Post a Comment