Monday, 2 June 2014

Jangan Berhenti Belajar dan Berkembang, yaa Buu

Tulisan ini saya persembahkan untuk kaum perempuan, terutama ibu - ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ( IRT ). Saya turut prihatin mendengar berita dari media televisi dimana dikabarkan banyak para ibu menjadi penderita akibat profesi atau tanggung jawab nya sebagai ibu rumah tangga. Penderita yang saya maksudkan disini adalah, menjadi korban kurangnya pengendalian diri, membatasi diri untuk berkembang dan tidak mau belajar.

Ibu, dan juga wanita yang belum menikah.
Menikah itu ibadah dan profesi sebagai ibu rumah tangga itu sangat mulia, juga lebih hebat dari profesi apapun juga. Kenapa dikatakan lebih hebat dan mulia, bu? Seorang ibu bukan hanya bertugas membesarkan dan mendidik anak-anaknya, tidak cuma melayani suami dan mengatur rumah tangga, tapi lebih dari itu, seorang ibu harus ikhlas mengorbankan hidup dan ke-egoisannya untuk mendukung orang-orang yang dicintainya berkembang dan mewujudkan mimpi cita mereka. Benar lho bu, Tidak semua wanita bisa menjadi ibu, tidak semua ibu rela melepaskan karir dan jabatanya sebagai karyawan demi keluarganya. Dan berbahagialah ibu menjadi hamba yang dipilihkan oleh Allah, berjihad untuk keluarga, dipelihara dari dunia luar yang belum tentu baik untuk keimanan, dan menjadi jalan terbaik meraih syurganya Allah.

Ikhlas dan Sabar.
Banyak para ibu muda yang baru menikah dan punya anak satu sudah kewalahan mengurus anak, badan sudah melar sana sini, ada juga ibu yang hanya mempercantik diri sendiri, anak terbengkalai menjadi kurus dan tidak terurus. Yang tidak kalah banyaknya ibu-ibu jadi malas sholat dan ibadah dengan alasan badan kotor dan terkena air kencing anak. Kenapa ya bu? Tugas seorang ibu rumah tangga itu sangat banyak dan berat, bisa jadi 24 jam non stop, coba saja kalau pekerjaan itu dihitung-hitung, belum lagi memikirkan hal lainnya, wach bisa stress  berat. Akan tetapi bila mencoba melakukannya dengan ikhlas dan sabar, pekerjaanya yang tadinya berat akan terasa ringan. Yakin saja dengan Allah bahwa semua ada waktunya, semua ada batasnya.

Menjadi pribadi yang sabar memang tidaklah mudah. Ada - ada saja masalah yang menjadi pemicu kemarahan dan stress, terutama kenakalan anak-anak, kondisi keuangan serta pengaruh lingkungan dan status sosial. di mata masyarakat. Sabar itu bukan hadiah yang sim salabim, ia butuh proses dan pembelajaranya juga bisa didapat dari aktifitas sehari-hari. Jangan sering mengeluh ya bu, perbanyaklah dekat dengan Allah, sebab hanya DIA yang memberi  kekuatan, kemudahan dan jalan keluar. Makin dekat denganNYA, emosi menjadi terarah dan terkendali.

Cerdik dan Cekatan.
Waktu 24 jam sehari semalam terasa kurang bagi ibu rumah tangga. Ditengah tugas dan kewajibannya membangun keluarga, tentu ia butuh waktu istirahat dan memanjakan dirinya sendiri. Disinilah perlunya seorang ibu belajar membagi dan menghargai waktu, terutama bagi ibu yang memiliki anak lebih dari dua orang, bila tidak mampu kerja cerdik dan cekatan, semua bisa terbengkalai dan istilah kerenya " keteteran ". Alangkah lebih bijaknya bila kebiasaan ' 3N : ngumpul, ngegosip dan ngerumpi ' dengan para tetangga dan teman, di ganti dengan kegiatan positif, sebab tidak ada untungnya membicarakan aib orang lain. Banyak waktu tersedia menjadi jalan bagi ibu meraih keberhasilan dalam dunia keuangan, banyak kesempatan tersia-sia begitu saja karena kurang cerdik melihat peluang.

Jangan Berhenti Belajar.
Inilah jenjang pendidikan yang tidak pernah selesai, yaitu belajar menjadi seorang ibu sampai tua. Seorang ibu perlu mengembangkan diri, bukan membatasi diri dengan dunia luar, bukan juga kebiasaan di masa gadis dibawa-bawa setelah menikah.  Anak-anak yang mulai tumbuh dan berkembang, tentu saja membutuhkan wawasan dan banyak nasehat dari ibu yang bijak. Banyak ibu-ibu kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan anaknya seputar pelajaran di sekolah, teknologi, tata cara pergaulan yang baik. Terutama sekali ibu harus banyak membekali ilmu agama supaya anak-anak bisa diarahkan pada pergaulan yang sehat.

Tidak ada alasan untuk berhenti belajar ya bu, tak perlu ada dalih karena ini itu ibu-ibu jadi stress dan mogok berkarya. Tak banyak waktu tersisa untuk menabung ibadah dan berbagi kebajikan. Ibu mampu keluar dari lingkaran yang menghambat diri untuk berkembang, asalkan disertai niat dan ikhtiar. Mari jauhi mendzolimi anak dan diri sendiri, seorang ibu akan mampu kuat dan berdiri tegar bila selalu berusaha mendekatkan diri dengan yang Maha Perkasa. Tidak perlu malu-malu hanya karena berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Seperti kata penulis Tere, Hidup memang harus banyak berkorban. Makin lapang hati memilihnya, makin lega, dan makin indah jalan pengorbanan itu. Lakukan dengan penuh kesadaran, ihklas dan tulus. Biarkan saja orang-orang yang kita cintai berkembang, menggapai mimpi-mimpi terbaiknya, kita memutuskan menjadi jalan terbaik bagi mereka, men-support, mendukung. Nama kita boleh jadi tidak akan diukir di prasasti, nama kita boleh jadi tidak akan diingat siapapun. Tapi kita akan selalu mengukir, mengingat ketulusan pengorbanan yang kita lakukan. Itulah kenapa Ibu rumah tangga amat mulia dan spesial. Mereka adalah pahlawan dalam sebuah pertempuran besar egoisme, keinginan diri sendiri.

Selamat Berkarya Ibu dan Teruslah Bergerak

No comments:

Post a Comment