Sejenak kita bertanya " Sudah Tawadhu'-kah Aku?". Tawadhu' berkaitan erat dengan kesederhanaan. Sifat Tawadhu' semakin menjadi barang langka yang di miliki manusia saat ini. Kepribadian yang rendah hati namun tidak merendahkan diri ini, hanya di miliki oleh orang-orang tertentu, dimana tingkat keihklasan dan keimanannya selalu bertumpu pada Allah semata.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam :
وما تواضع أحد لله إلّا رفعه الله عزّوجلّ " Tidaklah seorang bertawadhu’ yang ditunjukkan semata-mata karena Allah, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat (derajat)nya." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim didalam Shahih nya no 2588]
Arti Tawadhu'
Tawadhu’ (التّواضع) secara bahasa adalah التّذلّل “Ketundukan” dan التّخاشع “Rendah Hati”. Asal katanya adalah Tawadha’atil Ardhu’ yakni Tanah itu lebih rendah daripada tanah sekelilingnya.
Tawadhu’ secara istilah adalah tunduk dan patuh kepada otoritas kebenaran, serta kesediaan menerima kebenaran itu dari siapa pun yang mengatakan nya, baik dalam keadaan ridha maupun marah.Jenis Tawadhu’
- Tawadhu’ yang terpuji, sikap merendahkan diri kepada Allah dan tidak berbuat semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama.
- Tawadhu’ yang tercela, sikap merendahkan diri dihadapan orang kaya dengan harapan mendapatkan sesuatu darinya.
Tingkatan Tawadhu’
- Tawadhu’ dalam Agama
Tawadhu’ dalam agama yaitu tunduk kepada agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan patuh terhadap nya.
- Tawadhu’ kepada sesama Makhluk
Tawadhu’ kepada sesama Makhluk terdapat tiga makna :
1. Ridha untuk menjadikan seseorang dari kaum Muslimin sebagai saudaramu, karena Allah telah ridha kepadanya untuk menjadi hamba-Nya.
2. Tidak menolak kebenaran, walaupun kebenaran itu datang dari musuh mu.
3. Menerima maaf dari orang yang meminta maaf.
Manfaat dan Keutamaan Sifat Tawadhu
- Tawadhu’ dapat mengangkat derajat seorang hamba.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah berkurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambah kepada seseorang hamba sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seorang menerapkan sifat tawadhu’ karena Allah kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih nya XVI/141, Imam Ad-Darimi dalam Sunan nya 1/369, Imam Ahmad dalam Musnad 2/386 dan selain nya]
- Tawadhu’ dapat mengangkat derajat dan pangkat seorang hamba
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah dari setiap keturunan Adam, melainkan dikepalanya terdapat hakamah ditangan seorang Malaikat. Apabila ia tawadhu’, dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Angkatlah hakamahnya", sedangkan apabila ia sombong, dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Letakkan hakamahnya." [Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no 538]
{ Hakamah adalah besi kekang yang berada dihidung kuda, tali kekang tersebut dapat mencegah kuda dari melawan perintah penunggangnya.}
- Tawadhu’ itu menghasilkan keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan dendam, dan menghilangkan pertentangan. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu’, sehingga seseorang tidak merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang lain." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih nya]
Kepribadian Tawadhu'
-Tunduk dan patuh kepada Kebenaran.
- Seorang merendahkan diri kepada Allah tatkala mengingat dosa-dosa yang telah ia perbuat sehingga ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling sedikit ketaatan nya (amalanya) dan paling banyak dosanya (dimana hal ini akan mendorongnya untuk bertaubat).
- Rendah hati dan lemah lembut kepada sesama
- Menghormati orang lain dan menghargai kedudukan nya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya]
- Tawadhu’ dalam Berpakaian dan Penampilan
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam :
من ترك اللّباس تواضعا لله وهو يقدر عليه , دعاه الله يوم القيامة على رءس الخلائق , حتّى يخيّر من أيّ حلل الإيمان شاء يلبسها
"Barangsiapa yang menanggalkan pakaian mewah karena tawadhu’ kepada Allah, padahal ia dapat (mampu) membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dihadap sekalian manusia, kemudian menyuruhnya memilih sendiri pakaian iman mana pun yang ia kehendaki untuk dikenakan." [Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Sunan nya no 2481, Imam Ahmad didalam Musnad nya 3/439 dan Imam al-Hakim dalam Al-Mustadraknya IV/183. Lihat juga Silsilatul Ahaadits Ash-Shahihah no 718]
- Tidak mengaku-ngaku dirinya sebagai orang yang berilmu dan tidak membanggakan diri atas apa yang dimilikinya, kecuali dalam keadaan yang terpaksa atau darurat karena dia membicarakan nya sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada nya. Bukan untuk membanggaan diri dihadapan manusia.
- Sederhana dalam berjalan yakni berjalan dengan ringan, tenang, tidak memberatkan diri didalam langkahnya, tidak dibuat-buat dan tidak terkandung didalam nya kesombongan, tidak pula memalingkan pipi, tidak juga terlalu lepas kendali. Bukan berjalan seperti orang yang tidak berdaya, lemah langkahnya dan menundukkan kepala
Bertafakur atas asal muasal penciptaanya diri, dan menyadari batas kemampuan diri, menjadikan seseorang mampu mencapai kepribadian Tawadhu'. Kesederhanaan dalam berbicara dan bersikap tidak akan membuat diri hina di mata manusia. Sesuatu bila dilakukan berlebih-lebihan, tentu saja akan menjadi penyakit dan memberatkan individu itu sendiri, bukankah kita akan ikut latah bicara bila melihat sikap seseorang yang terlalu berlebih-lebihan. Mari kita mulai belajar bersikap Tawadhu'
(Diringkas dari kitab At-Tawadhu’ fi Dhauil Kitab was Sunnah, Syaikh Salim bin Ied al-Hilali. Diterjemahkan dengan judul “Hakikat Tawadhu’ dan Sombong Menurut al-Quran dan as-Sunnah” cet Pustaka Imam Syafi’i )- edit from catatdiva
No comments:
Post a Comment