Wednesday, 19 September 2012

Mengapa Anak Malas Belajar?

Hampir semua orang tua dibuat pusing hanya karena anak-anaknya malas belajar, malas sekolah. Seakan belajar itu merupakan sesuatu yang membosankan dan bahkan anak-anak terlihat lebih menikmati permainan yang serba instan seperti main game, Play Station, futsal / sepakbola. Memaksa dan memararahi anak untuk rajin belajar, tentunya bukan jalan keluar terbaik.
Banyak orang tua berusaha memberikan semacam reward / hadiah dan bentuk kemudahan dan kenyamanan lainnya, supaya anaknya memiliki minat belajar yang tinggi, akan tetapi dampaknya belum begitu berhasil ' anak kok tetap malas belajar'!

Faktor-faktor penyebab anak malas belajar adalah sbb:

1. Faktor PAUD - Pendidikan Anak Usia Dini
Untuk memasuki bangku Sekolah Dasar, seorang anak/siswa, diharuskan sudah bisa 'Baca - Tulis'. Karena itulah, anak-anak dibawah usia lima tahun (Balita) sudah 'dipaksakan sekolah' TK/ Taman Kanak-kanak dan sejenisnya, otak dan pikiran mereka terus dijejali dengan huruf dan angka yang semestinya waktu mereka untuk bermain, mengenal sedikit demi sedikit akan lingkungan sekitarnya yang baru. Padahal anak dengan usia tersebut, seharusnya lebih banyak bergaul dan mendapat pendidikan dan perhatian lebih dari keluarganya. Pendidikan yang seringkali dipaksakan, membuat anak-anak kehilangan gairah belajar

2. Faktor Kurikulum Pelajaran di Sekolah
Memasuki pendidikan Sekolah Dasar/SD, seorang anak yang sebelumnya masih tertatih-tatih baca tulis, sudah dihadapkan dengan sejumlah mata pelajaran yang agak berat. Kurikulum pelajaran sekolah yang hampir setiap tahunnya mengalami perubahan dan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan usia mereka, ditambah harus mengenal lingkungan yang serba baru dengan seabreg peraturan sekolah lainnya.

Bayangkan saja, jika anak kelas 3 SD sudah dipaksakan mempelajari ilmu ketata-negaraan, seperti masalah korupsi, dsb. Belum lagi pelajaran Matematika yang kurang banyak peminatnya, soal-soal hasil perkalian/penambahan bilangan, bilangan bulat, dibuat semakin rumit dan panjang. Disatu sisi, cara ini mungkin bagus untuk menumbuh kembangkan cara berpikir, mencari solusi lain dari satu persoalan, tapi disisi lain, anak dibuat jenuh,bosan, dan akhirnya jadi malas berpikir.

Setiap sekolah mempunyai aturan berbeda untuk nilai kenaikan dan kelulusan siswanya. Tentu saja hal ini membuat siswa didik dibuat stress. Lalu dicarilah alternatif lain untuk menunjang nilai siswa dengan mengikuti pelajaran tambahan diluar sekolah, semacam Less, bimbingan belajar MIPA,dsb. Selesaikah disitu?. Tentu tidak, sejumlah PR/ Pekerjaan Rumah sudah menunggu dan mereka-pun juga terpaksa menguras tenaga dan pikiran untuk aktifitas lainnya, seperti bermain Lagi-lagi pikiran dan tenaga anak dikuras habis.

3. Faktor Proses Belajar Mengajar di sekolah
Setiap guru memiliki cara berbeda dalam proses belajar mengajar. Ada guru yang cerewet, seram, keras dan disiplin ketat. Ada juga guru yang menginginkan anak dididiknya harus cepat/mudah mengikuti semua pelajaran yang diajarkan. Jaman sekarang, kita memiliki banyak tenaga pengajar, tapi minim Tenaga Pendidik. Yang penting bisa ngajar, gajian lancar, tak peduli apakah anak dididik/siswanya mau pintar atau bodoh ,mengerti pelajaran  atau tidak. Bahkan seringkali untuk beberapa mata pelajaran, harus berganti-ganti guru dan setiap kenaikan kelas, gurunya pun berubah-ubah. Lama kelamaan, anak dibuat capek dan bosan dengan harus mengikuti dan beradaptasi cara ajar mengajar dari guru yang berbeda.

4. Faktor Keluarga dan Lingkungan
Keluarga / orang tua dan lingkungan sangat banyak mempengaruhi anak menjadi malas belajar. Orang tua sering memaksakan anak untuk berprestasi, bisa dibanggakan, membanding-bandingkan anak dengan orang lain atau juga membandingkan jaman orang tua dengan jaman pendidikan anaknya saat ini. Beberapa faktor dari keluarga dan lingkungan yang mempengaruhi anak malas belajar, sbb:

- Manja
Saat ini, jika anaknya sekolah,seakan-akan orang tuanya-lah yang sekolah. Anak dibiasakan tidak melayani dirinya sendiri. Untuk memakai pakaian seragam sekolah, mengganti daftar mata pelajaran, membuat PR,orang tua selalu ikut campur, dengan alasan pakaian tidak rapilah, anaknya tidak bisalah,dsb. Jika kebiasaan ini diteruskan, membuat anak tidak bisa mandiri, selalu ingin dilayani. Biarkan saja mereka memakai pakaian seragamnya sendiri, jika kurang rapi, tidak harus orang tuanya mengambil alih pekerjaan mereka, apalagi mencercanya. Cara memberikan pendidikan yang berbeda antara ibu dan ayahnya, seringkali mempengaruhi faktor psikologis anak

-Over Protective
Orang tua seringkali terlalu melindungi anak-anaknya, seakan-akan anaknya tidak bisa apa-apa. Dari soal makan,jajan, bermain,belajar, orang tua anak selalu memberikan nasehat-nasehat panjang lebar. Bahkan, anak yang terbiasa mengikuti antar jemput sekolah, merasa khawatir suatu kali melihat anaknya harus berjalan kaki. Anak perlu dididik keras, berhemat, mandiri supaya mereka belajar tanggung jawab

-Teman /Lingkungan
Lingkungan pergaulan disekolah dan dirumah tentu berbeda. Seringkali, anak tidak nyaman bergaul dengan teman-temanya disekolah, bisa saja dikarenakan anaknya tertekan bathin, kesulitan bergaul, atau pergaulan yang kurang sehat membuat anak jadi uring-uringan kesekolah

5. Faktor Teknologi
Internet, TV, Games, sepertinya membuat anak-anak lebih betah berjam-jam lamanya nongkrong didepan TV, main game, jika diminta membaca buku atau membuka kembali pelajaran sekolah, mereka hanya bertahan beberapa menit saja. Orang tua dibuat serba salah akan hal ini, melarang anak menonton TV, main games, mereka justru sering memilih keluar rumah bermain bersama teman-temannya. Para orang tua sering lupa, bahwa anaknya sudah kehilangan waktu bermain sejak Balita/Batita, menggantinya dengan kenal baca tulis sejak dini. Pengaruh teknologi yang begitu tajam, membuat anak kewalahan mengadopsi informasi yang baik untuk usia mereka. Semakin canggih teknologi, semakin berkurang pula nilai moral/ ahlak dan iman manusia.

6. Faktor Makanan
Anak lebih suka menyantap jajanan dan makanan siap saji, seperti snack, fastfood, makanan yang banyak mengandung vetsin (penyedap rasa), ditambah lagi dengan jajanan disekolah yang kebersihannya diragukan. Pengaruh makanan yang mengandung vetsin berakibat pada lambung, hati,usus,kanker,dan berdampak kebodohan.

7. Faktor Kurang Istirahat
Seharian beraktifitas, anak perlu makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup sesuai dengan usia mereka. Pikiran/otak dan tenaga yang terlalu diperas, menyebabkan anak mengantuk disekolah, lesu, malas berpikir.

Anak yang berprestasi, bermoral  dan beriman baik adalah impian semua orang tua. Orang tua menitipkan anaknya disekolah dengan harapan anaknya mendaptkan pendidikan yang baik. Hendaknya pula, tugas mendidik anak dirumah, bukan semata kewajiban seorang ibu, keterlibatan seorang Bapak dalam  mendidik anak, sama halnya mendidik anaknya menjadi manusia yang bertanggung jawab dan mandiri. Semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment