Dalam kehidupan modern ini, kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Mereka sibuk dengan kehidupan duniawi lalu menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia. Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup. Tanpa mereka sadari bahwa sebetulnya hidup ini melangkah terus, semakin mendekat ke-titik terakhir ( kematian)
Setiap hari kita menyaksikan kematian orang lain di sekitar kita tetapi kita sering lupa bahwa suatu saat, pada waktunya orang lain akan menyaksikan kematian kita. Namun seringkali kita baru sadar bahwa kematian itu pasti datangnya di kala orang-orang yang kita cintai mendahului kita. kita akan merasakan ketakutan jika Allah tiba-tiba menghendaki nyawa kita sedangkan kita sendiri belum membawa oleh-oleh ( amal ibadah ) yang banyak untuk Sang Pemilik Hidup..
Sebagai manusia, sebenarnya kita kurang berterima kasih terhadap limpahan nikmat yang Allah berikan. Dari mulai kita bangun tidur, menyaksikan matahari pagi hingga malam menjemput, semua itu adalah karunia yang sering kurang kita syukuri. Kita sering beranggapan bahwa, nikmat Allah itu semata-mata berwujud materi, harta, jabatan, dan semua kenikmatan duniawi yang melimpah. Padahal sebagai manusia yang berpikir dan harusnya tahu diri, bahwa yang kita nikmati didunia ini adalah ujian dan ujian bagi keimanan kita. Harta, anak, suami/istri, jabatan adalah ujian dan pinjaman.Kita harus mengembalikan bentuk pinjaman yang Allah titipkan, berikut pertanggung jawaban atas pinjaman tersebut. Kita harus rela terhadap apapun yang Allah berikan, dan kita pun juga harus rela bila suatu saat Allah akan mengambilnya kembali
Tidak ada yang pasti didunia ini, tidak ada jaminan bahwa esok, lusa atau tahun depan kita masih bisa berdiri diatas muka bumi ini dengan kesombongan-kesombongan yang entah untuk siapa. Tidak ada yang luput dari penglihatan Allah atas tingkah polah kita selama di dunia. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, semua di minta pertanggung jawaban di akherat kelak. Bahkan di dunia saja kita sering di tuntut pertanggung jawaban atas kesalahan kita. Mungkin di dunia kita masih bisa mencari-cari alasan supaya kita selamat dari tuduhan dan hukuman, tapi di akherat, siapa yang akan membela kita kecuali amal ibadah.
Allah telah mejelaskan dalam ayatnya : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57).
Tujuan hidup manusia di muka bumi ini adalah memuaskan hawa nafsu yang di pagari oleh rambu-rambu dan norma-norma (islami)supaya manusia tidak melebihi batas dari kewajaran. Manusia dibekali akal pikiran, melebihi mahluk lain ciptaan Allah dengan maksud menimbang-nimbang setiap tindakan yang akan kita lakukan, apakah tindakan tersebut nantinya akan melanggar akidah ataukah melebihi dosis dari anjuran aturan-aturan Allah. Akan tetapi, manusia tempatnya LALAI, ia lupa bahwa dari tanah ia di ciptakan, diatas tanah ia hidup, dari tanah ia makan dan minum dan pada tanah ia akan kembali.
No comments:
Post a Comment