Menyusuri jalan sepanjang kota Ketapang menuju Sukadana, anda akan menyaksikan tanah dan tanaman hutan yang masih jauh dari exploitasi. Mungkin saja tanah tersebut tidak bertuan atau milik negara, bisa jadi milik penduduk setempat yang sangat keterbatasan dana untuk mengelola tanah dan perkebunannya. Ruas jalan yang dilalui hanya bisa muat 2 mobil dengan jalan aspal asal buat, berlubang, bergelombang. Dan mustahil bisa dilalui 2 mobil berukuran besar sejenis mobil tronton, tentu salah satu mobil akan terbalik atau tidak bisa lewat sama sekali.
Memprihatinkan, Kalimantan salah satu propinsi yang memiliki kekayaan Alam sangat tinggi, bisa tertinggal jauh dari daerah lainnya. Bumi Kaya tapi rakyatnya miskin. Bukan hanya pembangunan jalan yang tidak maksimal, kehidupan rakyat kecamatan menuju Sukadana ini termasuk daerah tertinggal, kategori miskin.
Perekonomian penduduk yang mayoritas dari hasil perkebunan dan perikanan ini sangat membutuhkan kepedulian pemerintah dengan sentuhan pembangunan perluasan area jalan, listrik, dan infrastruktur yang bisa mendukung masyakarakat bisa berkembang.
Kalimantan pada masanya terkenal dengan Pulau Borneo memiliki sejumlah perusahaan swasta dan asing berskala besar, seperti perkebunan sawit. Terutama di kabupaten Ketapang, Sukadana ( Kayong Utara ) telah dirambahi perusahaan swasta yang banyak menggunakan tenaga kerja dari luar daerah setempat. Mirisnya, beberapa perusahaan perkebunan sawit berjuta hektar luasnya dan sudah menghasilkan, akan tetapi harga minyak goreng disini sangat mahal dibanding Jakarta dan Sumatera. Kok bisa begini, bukankah yang punya tanah adalah rakyat disana??? Ternyata, pabrik sawitnya malah dibangun di Pulau Jawa.
Biaya Hidup Mahal di Kalimantan ( terutama Ketapang dan Sukadana)
Transportasi menuju Ketapang dan Sukadana khususnya hanya bisa dilalui jalur udara dan laut. Dua daerah ini terletak dipaling ujung propinsi Kalimantan Barat, dataran delta atau rendah dikelilingi muara sungai dan laut. Mayoritas penduduk mengandalkan hasil kekayaan laut dan perkebunan sebagai mata pencaharian ini, untuk menuju kota propinsi Pontianak harus menggunakan kapal, speed boat dan pesawat. Kebutuhan sembako dan lain-lain diambil dari pulau Jawa, dan tentu saja tinggi biaya ongkos kirim. Karenanya harga sembako, pakaian, mobil motor, onderdil, dan kebutuhan rumah tangga lainnya sangat mahal.
Lahan gambut dan rawa, serta air payau menyebabkan tanaman padi sangat langka ditemukan didaerah ini. Bahkan fasilitas air bersih seperti PDAM belum dinikmati masyarakat, ditambah lagi PLN atau listrik yang sering padam, dan sulit BBM ( Bahan Bakar Minyak). Untuk membeli bensin harus menunggu SPBU buka mulai jam 07.00 pagi dan tutup jam 16.00 sore. . Fasilitas gedung pendidikan yang banyak menggunakan kayu dan seng, serta buku pelajaran dari dana BOS sudah lapuk dan kurang layak pakai, sudah waktunya pemerintah harus peduli dan adil dalam membangun suatu daerah. Bukankah Indonesia ini bukan hanya milik pulau Jawa dan Bali. Apalah jadinya bila suatu daerah harus melulu meminta pemekaran dan ingin berdiri sendiri?. Saya sebagai penduduk pendatang di daerah ini, sangat prihatin dan peduli terhadap perkembangan penduduk dan kemajuan daerah ini.
Kalimantan bukanlah daerah yang menyeramkan, penduduknya butuh sentuhan dan kepedulian, bukan cuma hasil bumi mereka saja yang dikeruk habis-habisan, bak habis manis sepah dibuang. Ketapang dan Sukadana kaya akan wisata alam dan air yang masih sangat membutuhkan dana besar untuk mendukung daerah ini sebagai layak dan nyaman tempat berwisatawan. Semoga Bermanfaat, dan mohon dimaafkan bila isi artikel didalamnya kurang berkenan
No comments:
Post a Comment