Wednesday, 26 August 2015

Akankah Musik Religi, Gambus dan Qasidah Kembali Menghipnotis Panggung Tanah Air?

Musik menjadi salah satu karya universal yang mampu di terima masyarakat. Dakwah yang di kemas dalam syair musik bisa menghipnotis seseorang untuk kembali ke jalan Rabbnya. Lagu bertema religi menarik hati musikus Indonesia untuk makin berkarya saat jelang ramadhan. Banyak penyanyi dari ragam aliran musik memanfaatkan momen tersebut dengan membuat album lagu bernafaskan Islami dengan berkolaborasi bersama artis dan ustadz. 

Sebelum tahun 1980-an, lagu-lagu bertemakan Islami masih mengusung nafas dentuman Rebana yang merupakan cikal bakal dari qasidah modern. Musik yang bertema rohani seperti Gambus merupakan migrasi dari Arab, dan biasanya sentuhan gitar menjadi ciri khas musik ini. Salah satu musikus pertama yang mendirikan orkas Gambus adalah, Syech Albar ( ayah dari penyanyi Ahmad Albar) di Surabaya dengan membuat album piringan hitam. Begitupun dengan musik Qasidah dibawa para saudagar Arab tahun 653. Lagu Qasidah biasanya berlangsung di mesjid dan pesantren. Pada zamannya musik qasidah tidak memasukan aliran musik pop didalamnya, dan biasanya qasidah lama sangat dekat dengan seni baca Al-Quran. Rofiqoh Darto Wahab dan Nur Asiah Djamil salah satu penyanyi qasidah genre lama

Pada qasidah modern,seorang penyanyi dituntut harus mampu pula menyanyikan lagu dangdut. Di Indonesia sendiri, musik Qasidah sempat berjaya di era tahun 80-an, Kolaborasi qasidah  berakar dari  musik timur tengah, dan alat musik yang digunakan biasanya rebana dan kompang. Kompang sejenis rebana tapi tanpa cakram gemerincing disekililingnya.  Lagu bertemakan keagungan  Allah, puji-pujian kebesaranNYA, bertujuan mengajak pada kebaikan, sangat kental terdengar di setiap lirik lagunya. Biasanya qasidah dinyanyikan oleh satu penyanyi dan paduan suara. 

Mungkin anda pernah mendengar lagu " bila izrail datang memanggil ", biasanya lagu tersebut dibawakan memakai rebana dan kompang, sedangkan grup musik qasidah yang sempat berjaya di era-80, Nasidaria,  sempat membuat hit album di tanah air, seperti, Perdamaian, Indung-indung, Nabi Muhammad Mataharinya Dunia, dsb. Satu-satunya penyanyi yang konsisten mengusung lirik mengajak pada kebajikan ( bernafas Islam ) adalah Rhoma Irama ( Soneta ). Grup musik beraliran dangdut ini tidak pernah gonta-ganti personil. Subahanallah, pengaruh lirik lagu yang mereka bawakan membuat personil Soneta Grup tidak pernah terjangkit gosip yang aneh-aneh dan anggotanya pun masih eksis (panjang umur) sampai sekarang

Musik pada dasarnya adalah hiburan, membuat orang lain jadi terhibur dan semangat beraktifitas . Setiap alunan musik mampu meredakan jiwa yang marah dan mendamaikan bumi yang memanas. Musik bukanlah objek sasaran empuk yang dijadikan alasan penyebab orang terlena, hanyut bahkan mabuk-mabukan akibat nada dan syair yang mereka dengar. Musik tetaplah musik, yang sebaiknya dikemas dengan syair mendidik, membuat perasaan orang menjadi tenang, tidak harus tanpa teriakan apalagi lemparan botol. Saat seseorang menciptakan sebuah musik yang indah dengan lirik bernafas Islam, bukan tidak mungkin berapa juta orang yang kamu beri manfaat karenanya Adakah hal lain yang mampu melakukan hal itu selain musik? Lalu, akankah musik gambus dan qasidah kembali menghipnotis panggung tanah air? Entahlah

No comments:

Post a Comment