Banyak sekolah yang menawarkan kurikulum berbasis kompetensi, ada juga dengan iming-iming sekolah bertaraf internasional dengan seabrek aktifitas dan full fasilitas yang mungkin hanya dinikmati kaum berduit. Lalu bagaimana dengan sekolah negeri, masihkah minim kualitas? Tidak juga, sekolah negeri-pun sudah mengikuti perkembangan jaman yang tidak mau kalah dengan sekolah swasta lainnya. Lalu bagaimana dengan sekolah yang berlokasi di pedesaan? masihkan harus minim fasilitas?
Berikut ini beberapa biaya pendidikan :
1. Biaya pendaftaran dan Test
Untuk menikmati pendidikan disekolah memang butuh biaya, bahkan di sekolah negeri-pun tidak ada yang gratis. Ihwal pemerintah mengalokasikan APBN untuk pendidikan gratis, sekedar wacana belaka,kenyataan dilapangan tidak begitu. Sebelum memasuki jenjang sekolah SD, SMP, SMA, dsb, calon siswa diharuskan membeli dan mengisi formulir pendaftaran untuk mengikuti sejumlah tes tertulis dengan melampirkan beberapa dokumen persyaratan lainnya. Jika lulus, maka siswa tersebut mendapat porsi pada sekolah yang dituju, jika tidak lulus, maka malang melintanglah orang tua mencari sekolah lainnya supaya anaknya bisa sekolah atau juga mencari alternatif lain "melalui pintu belakang / jalur khusus" (sogok-menyogok).
Kasus semacam ini sudah lama terjadi, bahkan ada beberapa pihak sekolah yang mendapat sanksi akibat pengaduan masyarakat, dan sidak dari dinas pendidikan, namun gaya sogok menyogok dan KKN semakin berkembang. Tidak sedikit jumlah uang yang ditawarkan, biasanya pihak sekolah sudah menerapkan berapa biaya sogok, besar kecilnya tergantung darimana asal sekolah tersebut dan dimana dia tinggal juga berapa hasil nilai angka test masuk tersebut. Namanya juga lewat pintu belakang, jadi tidak ada bukti tertulis semacam nota pembayaran, yang hanya tahu adalah antara guru dan wali murid bersangkutan.
2. Biaya Pembangunan dan Buku Penuntun
Sekolah swasta menerapkan biaya pembangunan dan buku penuntun ini, namun ada juga sekolah negeri mengambil-bagian ini hanya saja tidak terang-terangan atau dengan kata lain biaya tersebut dialokasikan untuk biaya-biaya lainnya. Kurikulum pendidikan yang hampir tiap tahunya mengalami perubahan maka berdampak pada buku penuntut pendidikan siswa disekolah tidak seragam. Lebih miris lagi, setiap wali kelas menerapkan buku penuntun yang berbeda-beda meskipun masih dalam jenjang tingkat yang sama, ada juga buku penuntunya sama tapi biaya beli buku berbeda dari pihak wali kelas. Lagi-lagi pendidikan dijadikan ladang bisnis.
3. Biaya Pakaian Seragam
Setiap sekolah mencari ciri khas untuk pakaian seragam, terutama jenis seragam baju batik yang memang sudah dibudayakan disekolah dan juga seragam baju olahraga. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan?, tentunya tiap sekolah memiliki aturan main tersendiri. Pakaian seragam putih merah atau putih biru dan putih abu-abu, serta seragam pramuka, sudah sangat jarang dipakai dan dijadikan identitas siswa seperti jaman pendidikan orde lama. Belum lagi seragam topi, dasi dan kaos kaki merk sekolah yang notabene harus dibeli dari sekolah, membuat pusing para orang tua. Bisa dibilang " mau sekolah atau mau bisnis atau mau gaya-gaya-an"
4. Biaya-biaya lainnya
Sejumlah sekolah menarik dana untuk biaya praktikum, laboratorium,perpustakaan dan ektrakulikuler. Mungkin inilah yang dimaksud dengan fasilitas penunjang pendidikan siswa. Sedangkan biaya lainnya, siswa diminta iuran untuk dana sosial.
Mugkin masih banyak biaya lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Uang sekolah memang mahal harganya, akan tetapi berapapun biaya yang dikeluarkan harusnya ditunjang dengan mutu pendidikan dan kualitas para gurunya, yang tidak hanya bisa mengajar tapi juga harus bisa mendidik. Para orang tua menitipkan anaknya disekolah dengan harapan anaknya menjadi manusia yang bermoral dan beriman, pintar dan cerdas, serta bermanfaat untuk orang banyak. Mutu atau kualitas sekolah bukan sekedar dilihat dari penghargaan juara lomba busana, lomba drumband, lomba gerak jalan,lomba nyanyi, lomba menggambar, tetapi menjadikan siswa cerdas dan mandiri dalam mengikuti ujian disekolah tanpa bocoran soal, bukan sekedar mendapat ijazah serta tanpa bantuan guru yang membantu meluluskan siswanya guna menjaga nama baik sekolah
No comments:
Post a Comment