Friday, 19 June 2015

Kebiasaan Peringatan Waktu Imsak

Waktu Imsak puasa di setiap daerah ditandai dengan kebiasaan berbeda-beda. Ada yang mengumandangkan bedug, kentongan, sirine sekitar 15 menit sebelum Azan subuh menjelang. Tujuannya tentu saja memberikan peringatan pada masyarakat agar menghentikan waktu sahurnya dan dimulainya waktu berpuasa.


Pada zaman Rasulullah, Imsak ditandai dengan selesainya membaca Al-Quran 50 ayat dengan lancar. Sedangkan di Indonesia Imsak dimulai sejak tahun 1960an, sejak K.H.Saefuddin Zuhri menjabat sebagai Menteri Agama, dimana pemakaian Imsak sempat menjadi perdebatan, ada yang menerima dan menolak.

Pengertian Imsak secara bahasa berarti menahan diri(untuk tidak makan dan minum). Sedangkan dalam syari’at Islam, waktu imsak itu sendiri adalah dengan terbitnya fajar (dikumandangkannya adzan shubuh). Kebiasaan masyarakat membatasi waktu imsak dengan berbagai peringatan, telah diperingatkan oleh Al-Hafidh Al-Asqalani Asy-Syafi'iy rahimahullah, dinilai termasuk bid'ah, kebiasaan yang kurang tepat tanpa berlandaskan dalil. 

Beliau mengatakan :
 :(تنبيه) : من البدع المنكرة ما أحدث في هذا الزمان من إيقاع الأذان الثاني قبل الفجر بنحو ثلث ساعة في رمضان واطفاء المصابيح التي جعلت علامة لتحريم الأكل والشرب على من يريد الصيام زعما ممن أحدثه أنه للاحتياط في العبادة ولا يعلم بذلك الا آحاد الناس وقد جرهم ذلك إلى أن صاروا لا يؤذنون الا بعد الغروب بدرجة لتمكين الوقت زعموا فاخروا الفطر وعجلوا السحور وخالفوا السنة فلذلك قل عنهم الخير وكثير فيهم الشر والله المستعان“
(Peringatan) :Termasuk bid’ah yang munkar adalah apa yang terjadi di jaman ini (yaitu jamannya Ibnu Hajar) yakni adanya pengumandangan adzan kedua sekitar 1/3 jam  20 menit) sebelum waktu subuh bulan Ramadlan.

Kebiasaan tersebut merupakan versi jaman Ibnu Hajar dengan pengumandangan adzan 20 menit sebelum fajar lalu mematikan lampu sebagai tanda berhentinya makan dan minum. Sikap hati-hati dalam kebiasaan memberi peringatan, menyebabkan mereka sering mengakhirkan waktu berbuka puasa dan mempercepat waktu sahur yang menyalahi sunah. Selain itu tidak ada contoh dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat. (Ust. Abul Jauzaa hafidzahullah)

Monday, 8 June 2015

Allhamdulillah ala kulli hal

Ramadhan mendekati hari. Tidak terasa waktu semakin menua usiapun mulai tak lagi muda, mungkin juga masuk usia senja. Bersyukur kita di ijinkan Allah bertemu kembali di bulan sucinya. Renungan dan intropeksi diri di bulan sebelumnya, ditahun yang berlalu dan kita lupa, tentu memberikan semangat baru untuk sebuah kehidupan yang lebih baik dan bermakna.


Allhamdulillah ala kulli hal. Terima kasih dan bersyukur atas segala keadaan, terutama untuk peristiwa-peristiwa yang kurang menarik, kejadian yang sempat tidak membuat nyaman dan tenang. Begitulah cara Allah mendidik dan mengembalikan kita ke jalanNYA, hampir selalu di awali dengan sentilan dan teguran, entah itu melalui orang lain, teman, sahabat, keluarga. Semuanya mengandung hikmah dan hidayah.

Berpikir dan membangkitkan semangat untuk menghadapi kesulitan yang terjadi, keikhlasan menerima masalah sebagai taqdir terbaikNya, menjadi solusi terbaik daripada berkeluh kesah dan mencari-cari alasan. Allah memerintahkan kita untuk tidak berputus asa, namun meminta kita untuk bersabar dalam kebaikan. Mendekatlah kepada Allah, mungkin diri kita sudah terlalu jauh dari-Nya.. Dia menghadirkan masalah untuk kita kembali mendekat kepada Allah. Allah tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya, sesungguhnya kitalah (manusia) yang butuh dengan Allah..

Hidup hanyalah sebuah perjalanan, berhenti sesaat disatu tempat lalu kemudian meninggalkan. Hidup bukanlah sekedar basa-basi, yang sekedar tersenyum kepada orang yang tidak kita sukai, yang membenci suatu yang bermanfaat untuk dirinya, yang mencintai suatu yang membahayakan dirinya, yang tergila-gila dengan sesuatu yang menghancurkan dirinya. Meski hidup ini nisbi dan tidak selamanya, bukan berarti kita sibuk bermanipulasi keadaan, cinta dan kasih sayang, harta dan kedudukan. 

Bersihkan hati lalu mencoba luruskan niat. Maafkan segala sesuatu yang membuat kita tidak tenang. Semoga hati kita senantiasa mampu menangkap hidaya Allah di setiap harinya. Hidup barokah bukan hanya sehat, kondisi sakit kadang justru menambah taat kepada Allah. Dan barokah bukan sekedar cukup saja, tetapi barokah dimana saat ketaatan kita kepada Allah dalam segala keadaan yang ada, baik saat berlimpah ataupun sebaliknya, semoga kita senantiasa terjaga.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan:
النفوس لا تترك شيئا إلا بشيئ، ولا ينبغي لأحد أن يترك خيرا إلّا إلى مثله أو إلى خير منه
"Jiwa manusia tidak bisa meninggalkan sesuatu kecuali mengganti sesuatu tersebut dengan sesuatu yang lain. Maka hendaknya seseorang tidak meninggalkan sebuah kebaikan kecuali dia berpindah kepada kebaikan lain yang semisalnya, atau kepada kebaikan lain yang lebih utama."

Allhamdulillah ala kulli hal - semoga kita semua dalam kebaikan Allah. Amiin