Waktu Imsak puasa di setiap daerah ditandai dengan kebiasaan berbeda-beda. Ada yang mengumandangkan bedug, kentongan, sirine sekitar 15 menit sebelum Azan subuh menjelang. Tujuannya tentu saja memberikan peringatan pada masyarakat agar menghentikan waktu sahurnya dan dimulainya waktu berpuasa.
Pada zaman Rasulullah, Imsak ditandai dengan selesainya membaca Al-Quran 50 ayat dengan lancar. Sedangkan di Indonesia Imsak dimulai sejak tahun 1960an, sejak K.H.Saefuddin Zuhri menjabat sebagai Menteri Agama, dimana pemakaian Imsak sempat menjadi perdebatan, ada yang menerima dan menolak.
Pengertian Imsak secara bahasa berarti menahan diri(untuk tidak makan dan minum). Sedangkan dalam syari’at Islam, waktu imsak itu sendiri adalah dengan terbitnya fajar (dikumandangkannya adzan shubuh). Kebiasaan masyarakat membatasi waktu imsak dengan berbagai peringatan, telah diperingatkan oleh Al-Hafidh Al-Asqalani Asy-Syafi'iy rahimahullah, dinilai termasuk bid'ah, kebiasaan yang kurang tepat tanpa berlandaskan dalil.
Beliau mengatakan :
:(تنبيه) : من البدع المنكرة ما أحدث في هذا الزمان من إيقاع الأذان الثاني قبل الفجر بنحو ثلث ساعة في رمضان واطفاء المصابيح التي جعلت علامة لتحريم الأكل والشرب على من يريد الصيام زعما ممن أحدثه أنه للاحتياط في العبادة ولا يعلم بذلك الا آحاد الناس وقد جرهم ذلك إلى أن صاروا لا يؤذنون الا بعد الغروب بدرجة لتمكين الوقت زعموا فاخروا الفطر وعجلوا السحور وخالفوا السنة فلذلك قل عنهم الخير وكثير فيهم الشر والله المستعان“
(Peringatan) :Termasuk bid’ah yang munkar adalah apa yang terjadi di jaman ini (yaitu jamannya Ibnu Hajar) yakni adanya pengumandangan adzan kedua sekitar 1/3 jam 20 menit) sebelum waktu subuh bulan Ramadlan.
Kebiasaan tersebut merupakan versi jaman Ibnu Hajar dengan pengumandangan adzan 20 menit sebelum fajar lalu mematikan lampu sebagai tanda berhentinya makan dan minum. Sikap hati-hati dalam kebiasaan memberi peringatan, menyebabkan mereka sering mengakhirkan waktu berbuka puasa dan mempercepat waktu sahur yang menyalahi sunah. Selain itu tidak ada contoh dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat. (Ust. Abul Jauzaa hafidzahullah)