Setelah hampir sebulan penuh berpuasa, lebaran Idul Fitri menjadi moment berharga bagi kita semua. Pertemuan lebaran yang hanya kita temui satu tahun sekali tersebut, dimanfaatkan untuk saling silaturahim dan berma'af-ma'afan satu sama lain. Selama sebelas bulan kita menanti hari lebaran, selama itu pula mungkin ada jarak dan gejolak yang merangkai kehidupan. Dua sisi kehidupan antara perselisihan dan perdamaian, menjadi bagian cerita yang tidak terpisahkan dari kehidupan seorang anak manusia.
Tidak bisa dibayangkan jika selama setahun (12 bulan) tidak ada waktu berharga semacam ramadhan dan lebaran. Berapa banyak kesalahan dan kekhilafan yang kita perbuat antar sesama manusia?Ya, Allah memang punya kuasa, Allah pengatur semesta. Tak mesti kita mencari tahu kenapa dan mengapa Allah hanya menitipkan ramadhan dan lebaran hanya satu tahun sekali, yang perlu kita pahami bagaimana caranya memanfaatkan moment tersebut dengan sebaik-baiknya.
Seringkali kita mungkin bertanya-tanya, mengapa hanya waktu lebaran saja seperti ada keindahan maha penting dalam berma'af-ma'afan, lalu mengapa kita tidak menganggap bahwa setiap hari kita bisa berlebaran, saling silaturahim dan membuat kedamaian tanpa perlu selalu berselisih paham?. Mungkin kita tidak bisa menjawabnya, mungkin pula kita menemukan jawabanya didalam hati masing-masing.
Seperti kata orang bijak " Manusia itu terlahir dari sebuah hubungan kasih sayang tapi mengapa manusia senang menimbulkan perselisihan". Kita terlahir dengan kesempurnaan, diberi akal pikiran akan tetapi kita sering bertindak dengan menampik akal pikiran kita sendiri, menepis kesempurnaan yang dititipkan sang Pemilik kehidupan.Berapa banyak lagi titipan Allah yang kita sia-siakan, berapa lama lagi kita mengisi dunia ini dengan tingkah polah kita yang tidak beraturan? Wallahualam
Keistimewaan Lebaran dibanding bulan-bulan lainnya, mungkin dikarenakan sebelumnya ada moment Ramdhan dengan sebulan penuh berpuasa. Sebulan kita merasakan ujian menahan haus dan lapar, hanya sebulan. Namun kita sering lupa bahwa setiap hari diri kita ditempa oleh ujian dan ujian. Kita belajar memahami meski sering tidak sehati, kita belajar memaafkan meski berat, kita belajar menyayangi meski tersakiti, kita belajar menahan kerinduan karena jarak yang memisahkan, belajar dan terus belajar.
Saat Lebaran kita dipertemukan, mungkin saja kita sangat jarang bertegur sapa dengan tetangga sebelah rumah, ada pula kita terpisah jauh dengan sanak keluarga, serta mungkin juga sebelum lebaran ada serpihan hati yang terkoyak karena lisan dan tindakan. Ya, Lebaran mempertemukan semuanya jika saja kita bijak memanfaatkan moment tersebut dengan menyambung kembali tali kasih persaudaraan dan persahabatan, sebab kita tidak pernah tahu apakah lebaran selanjutnya kita masih dipertemukan atau malah ditinggalkan, meninggalkan yang berujung perpisahan.
Lebaran selalu menyisakan dua waktu, ada pertemuan dan ada perpisahan, tapi itulah kepastian hidup. Kita berkumpul kembali diwaktu lebaran dan kembali berpisah diwaktu yang sama. Detik ini, menit ini ada tetangga, keluarga, musuh kita yang bersilaturahim, detik/menit berikutnya mereka beranjak pergi dari kita. inilah garis waktu, garis hidup yang mengisi bagian dari sisi kehidupan kita yang lain. Kita menangis dipertemukan dan kita menangis ketika lebaran-pun usai. Semuanya menjadi kenangan yang entah kapan bisa berawal kembali. Ada waktu datang untuk bertemu dan ada waktu pergi untuk berpisah dan ada damai untuk airmata. Setitik doa dan spirit yang tersisa " Tuhan pertemukan aku dengan ramadhan dan lebaran berikutnya" Amiin
No comments:
Post a Comment